Sabtu, 16 Oktober 2010

Motivasi Diri : Motivasi dalam Keluarga

Motivasi dalam Keluarga

Keluarga adalah tempat tinggal landas kita. Jika tinggal landas kita baik, maka kita pun bisa terbang dengan baik. Artinya jika kita berangkat dari rumah diiringi dengan dorongan semangat, tentu akan membuat kerja kita menjadi lebih bersemangat pula. Sebaliknya jika kondisi keluarga kita kurang kondusif, hal ini bisa terbawa ke tempat kerja kita sehingga bisa saja kita bekerja dengan motivasi yang kurang.
Oleh karena itu jangan sepelekan masalah motivasi dalam keluarga. Bukan saja kita yang memerlukan dukungan motivasi tetapi pasangan kita dan juga anak kita memerlukan dukungan motivasi agar mereka bisa berprestasi juga. Dalam keluarga kita perlu saling memberikan motivasi satu sama lain. Sayang sekali, dari pengamatan saya, malah banyak yang sebaliknya. Bukan saling memberikan motivasi tetapi justru saling meruntuhkan.
motivasi bisa muncul saat kondisi emosi kita sedang baik. Kondisi emosi sangat dipengaruhi oleh cara kita berkomunikasi. Oleh karena itu kita perlu memahami cara komunikasi yang baik agar terjadi saling menumbuhkan motivasi diantara keluarga. Yang pertama, usahakan komunikasi kita membawa kepada kegembiraan. Bisa dilakukan sambil terseyum, sambil bercanda, dan cara-cara lain yang menyenangkan. Kita juga perlu melihat saat yang tepat untuk membicarakan sesuatu masalah yang berat, jangan asal ngomong.
Yang kedua ialah pilihan kata yang baik. Jangan menggeneralisir sesuatu, apa lagi kekurangan. Sebagai contoh saat anak kita mendapat nilai jelek untuk matematika, jangan mengatakan anak kita bodoh, karena bisa saja dia kurang mampu dalam matematika tetapi bagus untuk hal yang lainnya. Begitu juga satu kesalahan jangan terlalu dihubung-hubungkan dengan masalah yang lain.
Yang ketiga ialah berikan arahan dan dukungan. Hindari kesan melarang, terutama kepada anak-anak. Larangan bisa mengurangi motivasi seseorang, maka kita harus pandai meramu cara berkomunikasi agar tidak terkesan melarang sesuatu yang kita tidak setujui, yaitu dengan mengarahkan. Sementara dukungan akan memberikan tambahan motivasi bagi seseorang, oleh karena itu, jika kebutulan setuju dengan apa yang dilakukan oleh salah satu keluarga kita, maka berikanlah dukungan.
Seringkali orang tua yang bermaksud menasihati anaknya, malah mendemotivasi. Sebagai contoh, saat anak mengemukakan cita-citanya, misalnya ingin menjadi seorang guru. Kita langsung bicara:
“Kamu itu tidak sabaran, tidak cocok menjadi guru!”
Apa kira-kira yang dirasakan oleh anak kita? Semangat dia bisa menjadi drop, dia bisa kehilangan motivasi, bukan saja untuk menjadi guru, tetapi untuk menjadi yang lainnya. Mengapa? Karena motivasinya untuk berprestasi sudah hilang.
Cobalah dialog lebih dalam sebelum Anda memberi vonis, tanyakan mengapa ingin menjadi guru? Apakah dia merasa cocok mejadi guru? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang menggali sehingga kita bisa mempertimbangkan. Bisa saja kita yang salah, sebenarnya anak kita sangat cocok mejadi guru, hanya saja kita yang kurang memahami anak kita. Jika memang dia tidak cocok menjadi guru, atau cita-citanya ke arah yang tidak baik, cobalah bicara dengan jalan yang mengarahkan sehingga seolah-olah keputusan yang diambil adalah pendapat dia sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com